Liputan 6 Psht Penguasa Dunia Persilatan di Asia |
TULUNGAGUNG, TRIBUN - Sekitar 200 sampai 300 anggota perguruan silat serba hitam merusak 13 rumah, satu mobil dan satu motor polisi di Dusun Genengan, Desa/Kecamatan Bandung, Tulungagung, Selasa (5/11) dini hari.
Mereka baru saja mengikuti Suran Agung, tradisi tahunan tiap malam 1 Muharam atau 1 Sura yang acaranya serupa dengan penerimaan anggota baru sekaligus pengesahan anggota lama yang mencapai level tertentu.
Mereka ternyata konvoi dan unjuk kekuatan seusai Suran Agung. Saat melintasi Dusun Genengan, mereka masuk kampung dan mencari pemuda dusun yang sebelumnya dianggap memprovokasi.
Namun karena tidak menemukannya, mereka melempari rumah-rumah penduduk. Sebagian memukul kaca rumah warga, bahkan merusak mobil pikap serta motor polisi. Bahkan, dua pemuda dusun yang sedang cangkruk di warung kopi juga dihajar.
Konvoi itu sebenarnya juga dikawal belasan polisi namun tidak berdaya mencegah amuk ratusan pesilat. Apalagi, massa yang beringas itu sebagian juga membawa senjata tajam aneka bentuk.
"Kami tidak berani keluar rumah, hanya mengintip. Begitu rombongan pesilat itu kelihatan masuk halaman rumah, kami lari lewat pintu belakang," kata Winoto, seorang kakek Dusun Genengan.
Situasi dusun pun sangat mencekam. Tidak ada warga yang berani keluar rumah. Penduduk sekitar dusun juga tidak berani masuk.
Situasi mulai normal ketika rombongan pesilat itu keluar dusun. Namun, sekitar pukul 03.00 WIB, warga desa saling berbagi kabar bahwa kemungkinan akan ada serangan susulan.
Itu sebabnya, menurut sejumlah warga desa, mereka pun bersiap-siap di tiap jalan masuk dusun. Para pemuda yang lebih siap dibanding sebelumnya, berjaga-jaga sambil membawa berbagai senjata tajam.
"Perangkat Desa memerintahkan kami berjaga-jaga," sahut Warno, pemuda Dusun Genengan. Ternyata, kabar penyerangan itu tak terjadi hingga setelah subuh.
Peristiwa seperti ini selalu berulang tiap Suran Agung. Namun, untuk kesekian kalinya polisi tak mampu mengantisipasi.
Kapolres AKBP Whisnu Hermawan Februanto berjanji akan mencari kelompok perusak itu. "Secepatnya kami tangkap mereka," janjinya.
Ia juga berniat mempertemukan para tokoh perguruan silat itu, tokoh warga dan tokoh agama untuk mengendalikan situasi ini. "Kami juga sudah koordinasi dengan bupati dan Muspika mengenai pemberian santunan untuk rumah-rumah penduduk yang dirusak massa," katanya.(surya)
Madiun (Antara Jatim) - Polres Madiun Kota, Jawa Timur, menangani dua kasus kriminalitas yang melibatkan anggota perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di wilayah setempat pada perayaan tahun baru Islam 1 Muharam atau Suroan, 5 November 2013.
"Ada dua kasus yang kami tangani saat Suroan kemarin. Lokasinya berada di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Candi Sewu, Kecamatan Manguharjo," ujar Kapolres Madiun Kota AKBP Anom Wibowo, kepada wartawan, Rabu.
Menurut dia, dua kasus tersebut adalah penganiayaan yang menyebabkan satu pesilat terluka dan kasus perusakan di muka umum. Hingga kini kasusnya masih ditangani intensif oleh Satuan Reskrim Polres Madiun Kota.
Ia menjelaskan, dari kasus tersebut sempat diamankan satu orang untuk masing-masing kasus yang diduga sebagai tersangka. Namun hingga kini polisi belum menentukan statusnya karena masih diperiksa.
"Saat diperiksa ada indikasi dari yang diamankan tersebut tidak terlibat dalam perusakan dan penganiayaan. Tapi masih didalami," kata Anom.
Ia menambahkan, dari kasus perusakan, polisi berhasil menyita barang bukti berupa pecahan kaca, genteng, batako, beberapa buah batu, sebuah baju seragam silat PSHT, selembar kain berwarna kuning sebagai tanda korlap acara ziarah, satu unit sepeda motor, dan satu bungkus batu jenis batu kali.
Dari kasus penganiayaan, polisi menyita barang bukti sebuah batu yang diduga digunakan untuk melempar dan melukai dahi korban.
"Kami akan terus melakukan evaluasi terkait kegiatan Suroan para pesilat. Targetnya adalah nol kasus pada kegiatan serupa di tahun-tahun mendatang," tambah Anom.
Sementara, Ketua SH Terate Daerah Khusus Pusat(DKP) Madiun Sudirman, menyatakan, pihaknya sangat menyayangkan kasus perusakan yang masih terjadi setelah terbentuknya Paguyuban Pencak Silat Madiun.
"Seharusnya hal itu tidak terjadi. Para pendekar diimbau mematuhi apa yang telah diputuskan oleh pimpinan," ujar Sudirman saat bertemu Kapolres dan korban di Mapolres Madiun Kota.
Ia menegaskan, organisasi perguruan pencak silat PSHT akan bertanggung jawab atas kasus kriminalitas yang melibatkan pesilatnya. Pihak PSHT akan memberikan tali asih kepada korban kasus perusakan tersebut.
"Tali asih yang diberikan itu merupakan wujud komitmen kami terhadap kegiatan sarasehan yang menghasilkan terbentuknya Paguyuban Pencak Silat Madiun. Diharapkan ke depan para pesilat PSHT dari tingkat atas hingga bawah ikut melaksanakan hasil sarasehan tersebut," kata Sudirman.
Korban perusakan rumah, Erwin Adi Candra, menyambut baik niat pemberian tali asih dari pihak PSHT. Ia dan warga lainnya berharap agar kasus tersebut tidak terjadi lagi.