Pra Sejarah
Pra-sejarah Tapak Suci sudah diawali mulai sejak lahirnya seseorang putera dari KH. Syuhada, yang bernama Ibrahim, pada th. 1872 di Banjarnegara (Jawa Tengah). Di umur remaja Ibrahim sudah belajar pencak, serta nantinya pemuda Ibrahim di kenal sebagai pemuda yang aktif memakai pengetahuan pencaknya itu untuk menentang penjajahan Belanda, sering mengganggu serta lakukan perlawanan pada tentara Belanda. Hal semacam ini membuatnya sering jadi buronan Belanda.
Dalam statusnya yang kerap jadi buronan Belanda, Ibrahim sering berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Terkecuali bersembunyi dari kejaran pihak Belanda, Ibrahim juga memahami serta mengasah pengetahuan pencaknya. Tersebutlah dalam kisah beliau pernah berkunjung ke Batavia, dititip pada seseorang kerabatnya di sana. Tetapi di Batavia Ibrahim juga kerap bikin onar pada Belanda, sampai pada akhirnya beliau pergi ke Tanah Suci.
Sesudah menikah dengan puteri KH. Ali, Ibrahim lalu membangun Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari beribadah haji, Ibrahim bertukar nama jadi KH. Busyro Syuhada. Mengenai nantinya lalu Pondok Pesantren Binorong makin berkembang cepat,. Di antara santri-santrinya diantaranya : Achyat (H. Burhan) adik misan Ibrahim, M. Yasin (Abu Amar Syuhada) adik kandung, serta Sudirman. Sudirman nantinya berkarir dalam dunia milter, di kenal sebagai Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Sekitaran th. 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro berjumpa pertama kalinya dengan dua kakak beradik ; A. Dimyati serta M. Wahib. Dengan diawali adu kaweruh pada M. Wahib dengan H. Burhan, setelah itu A. Dimyati serta M. Wahib mengangkat KH. Busyro sebagai guru.
A. Dimyati serta M. Wahib berguru pencak pada KH. Busyro di Binorong, Banjarnegara. KH. Busyro lebih populer kuasai pengetahuan pencak inti, sedang H. Burhan lebih populer kuasai pengetahuan pencak ragawi. Menurut kisah, ke-2 kakak beradik A. Dimyati serta M. Wahib belajar sepanjang lima hari untuk kuasai 15 Jurus, serta 5 Kembangan. Setelah itu A. Dimyati serta M. Wahib kembali pada Yogyakarta, diikuti oleh KH. Busyro serta H. Burhan yang geser ke Yogyakarta. Dalam keadaan sekian, orang-orang lingkungannya menyebutkan mereka sebagai Pendekar Pencak. Bersamaan dengan berpindahnya KH. Busyro ke Kauman, Yogyakarta, aliran Banjaran–yang awal mulanya diperkembang lewat Pondok Pesantren Binorong–akhirnya untuk sesaat saat berpusat ke Kauman.
Pendekar A. Dimyati sifatnya pendiam serta condong tertutup, sedang M. Wahib sifatnya condong agresif serta terbuka. Karakter A. Dimyati lebih serupa dengan karakter H. Burhan. Sedang karakter M. Wahib disebutkan lebih serupa karakter gurunya, KH. Busyro. Karenanya lebih menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak disebutkan ilmunya lebih tangguh dari adiknya, tetapi lantaran pendiam serta tertutup jadi tak peristiwa yang dicatat.
Lantaran karakter ke-2 kakak beradik yang tidak sama ini, kerap menyebabkan keduanya ikut serta bentrok, termasuk juga dalam soal adu kaweruh. KH. Busyro mengerti ciri-ciri ke-2 kakak beradik ini. Meskipun tidak sama, menurut beliau keduanya keduanya sama mempunyai bakat pencak yang tinggi.
Lihat hal sekian KH. Busyro Syuhada menunjuk Pendekar A. Dimyati untuk berkelana ke arah barat, seperti yang pernah ditempuh oleh Pendekar KH. Busyro. Sesuai sama kebiasaan yang berlaku kalau Pendekar A. Dimyati yang telah mengangkat guru pada KH. Busyro tak bisa berguru pada guru pencak yang lain. Karenanya dalam berkelana ini yang dikerjakan yaitu “adu kaweruh”. Diriwayatkan kalau Pendekar A. Dimyati sukses kuasai pengetahuan Cikalong-Cimande, serta Cibarosa.
Mengenai KH. Busyro menunjuk M. Wahib untuk berkelana ke arah timur, sampai sebagian tempat pernah disinggahi oleh Pendekar M. Wahib, diantaranya Bawean serta Madura. Lantaran sifatnya yang agresif serta terbuka dari Pendekar M. Wahib, jadi “adu kaweruh” disimpulkan dengan berkelahi, menguji pengetahuan dengan pendekar-pendekar yang mengklaim dianya sebagai pendekar sakti. Menurut cerita yang dikisahkan oleh M. Wahib : “Kemana-mana saya naik turun panggung (gelanggang) untuk tarung pencak untuk memperoleh duit (menang), bila dibutuhkan saya menggunakan senjata handuk serta sepotong besi sejengkal berlafal Alif”.
Sesudah pengembaraan Pendekar A. Dimyati ke barat, serta pengembaraan Pendekar M. Wahib ke timur, keduanya kembali pada Yogyakarta. Rutinitas mencari lawan tanding Pendekar M. Wahib diarahkan pada anak-anak Belanda maupun tentara Belanda.
CIKAUMAN
Pada th. 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A. Dimyati serta M. Wahib buka latihan pencak. Diriwayatkan beberapa puluh murid turut berlatih. Ketika berikut Pendekar M. Wahib menyebutkan CIKAUMAN yaitu hanya satu pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini seperti menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Mengenai penyebutan aliran Cikauman ini memiliki kandungan pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan arti kalau aliran ini adalah lanjutan dari aliran Banjaran.
Pada saat itu digariskan dengan tegas basic yang perlu dipatuhi serta dikerjakan oleh semuanya murid-muridnya, yakni :
- Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam serta berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak dan berkripadian Indonesia, bersih dari sesat serta sirik.
- Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa serta negara.
- Sikap mental serta gerak langkah anak murid mesti adalah tindak-tanduk Kesucian.
Dalam literatur Pencak Silat, perubahan pencak silat di Indonesia begitu di pengaruhi dua hal :
- Geografis : berbentuk dataran tinggi, dataran rendah, serta pantai. Semasing mempunyai ciri-ciri yang khas, satu diantaranya dalam soal kuda-kuda.
- Kultural : berbentuk budaya serta kebiasaan istiadat yang memengaruhi satu aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam soal ini yakni aliran Bangsawan serta aliran Rakyat. Aliran Bangsawan :
- Tertutup, tak gampang berasimilasi, bertahan pada kemurniannya.
- Daya fungsinya pada seni pencak silat
- Disiplin.
Aliran Rakyat :
- Terbuka, gampang berasimilasi, condong berbaur serta tak murni.
- Daya manfaat pada bela diri.
- Tak disiplin.
- Tertutup, walau demikian gampang berasimilasi.
- Tak disiplin, namun patriotik.
- Daya manfaat sama kuat pada seni serta bela diri.
Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), di pimpin segera oleh Pendekar Besar M. Wahib serta Pendekar Besar A. Dimyati. Murid angkatan pertama yaitu M. Djuraimi (Mbah Djur) serta M. Syamsuddin. Kehandalan M. Syamsuddin terdapat pada permainan sabetan kaki serta tangan. Hal semacam ini ditunjang oleh postur badan M. Syamsuddin yang kekar, lantaran terkecuali suka pencak M. Syamsuddin juga seseorang pemain sepak bola yang handal.
Sesudah dinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M. Syamsuddin diizinkan untuk terima murid serta setelah itu membangun Perguruan SERANOMAN.
SERANOMAN
Perguruan Seranoman melahirkan seseorang Pendekar bernama M. Zahid, anak murid Seranoman yang berotak cemerlang serta berkemampuan tinggi, dan pergaulannya luas. Kehandalan M. Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Diluar itu beliau sukses meningkatkan dari 5 jadi 8 Kembangan, serta sukses membuat pengajaran keilmuan hingga keilmuan pencak gampang untuk dimassalkan. Tetapi sayangnya beliau berpulang ke Rahmatullah hingga belum pernah membangun perguruan baru. Meskipun demikian M. Zahid pernah melahirkan seseorang murid memiliki bakat, yakni Moh. Barie Irsyad. Setelah itu Moh. Barie Irsjad dibina segera oleh A. Dimyati serta M. Wahib.
Pada perubahan setelah itu Moh. Barie Irsyad diarahkan untuk hadapi aliran-aliran hitam. Puncaknya yaitu tantangan adu kaweruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah mesti pergi (terusir) dari Kauman. Dibawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kauman, disuatu malam — tepatnya tengah malam, bertempat di pelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, berlangsunglah pertarungan itu. Atas izin Allah SWT, semua murid melihat kalau yang bathil akan tidak bisa menaklukkan yang haq. Moh. Barie Irsyad sukses melumpuhkan pengetahuan sihir dari aliran hitam.
Pada saat di bai’at Pendekar Moh. Barie Irsyad sukses mempertanggung jawabkan 11 Kembangan. Lantas Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang sudah dinyatakan lulus dalam melakukan penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib serta A. Dimyati, lalu di beri restu untuk terima murid. Moh. Barie Irsyad lalu membangun Perguruan KASEGU.
KASEGU
Nama Kasegu di ambil dari Segu atau Kasegu, yakni senjata khas yang berlafadz “MUHAMMAD”, di ciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad. Setelah itu Segu jadi senjata khas Perguruan TAPAK SUCI. Kasegu juga berarti “KAuman SErba GUna”. Pada setelah itu ada orang yang menyebutnya sebagai Kasegu Badai Selatan (mengingat operasionalnya berpusat dibagian selatan Kauman). Setelah itu, dalam angkatan ketujuh ini terdaftar diantaranya :
- Murid Cikauman (murid segera Pendekar M. Wahib) : Achmad Djakfar, Moh. Dalhar Suwardi, M. Slamet.
- Murid Seranoman (murid segera Pendekar M. Syamsuddin) : M. Zundar Wiesman serta Anis Susanto.
- Murid Kasegu (murid segera Pendekar Moh. Barie Irsyad) : Irfan Hadjam, M. Djakfal Kusuma, M. Sobri Ahmad, serta M. Rustam Djundab.
Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih di th. 1957, umumnya empat kali satu minggu mulai jam delapan (ba’da Isya) hingga mendekati Shubuh.
LAHIRNYA TAPAK SUCI
Atas tekanan murid-murid pada Pendekar Moh. Barie Irsyad, nampaklah ide untuk membangun satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman serta Kasegu). Tetapi untuk meraih itu mestilah lewat jalan yg tidak gampang. Lantaran pengertian kelahiran perguruan yang baru nantinya tidaklah adalah satu aliran yang baru tetapi tetaplah berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), terlebih mengingat Pendekar Moh. Barie Irsjad ada pada generasi ke-6 dalam silsilah, jadi butuh dikerjakan silaturahim dengan beberapa sesepuh. Jadi pembuktian untuk pembuktian selalu dikerjakan dalam beragam pertemuan keilmuan, sekalian untuk memantapkan perumusan keilmuan yang bakal di turunkan. Dalam tiap-tiap pertemuan keilmuan selalu dikerjakan pembuktian untuk pembuktian, yang melibatkan beberapa sesepuh aliran.
Telah takdir Ilahi saat Pendekar Moh. Barie Irsyad usai menghadirkan JURUS HARIMAU, Pendekar M. Wahib menyebutkan senang serta pembuktian dinilai sudah cukup. Setelah itu Pendekar A. Dimyati memberi pesan serta panduan : “Kalau ketemu aliran pencak silat apa pun, nilailah kekuatannya. ” Nampaknya begitu simpel, walau demikian sikap ini yaitu begitu kontradiktif dengan karakter jago pencak biasanya yang tidak ingin lihat keunggulan orang lain serta senantiasa terasa dianya yang paling baik serta terkuat. Sikap mental Pendekar A. Dimyati ini setelah itu jadi basic sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.
Ujian yang lain yang perlu dihadapi memanglah cukup bermacam. Salah nya ialah penilaian kalau pengembang maupun pendiri dalam silsilah aliran ini tak datang dari darah biru (ningrat), terlebih beberapa penggagas TAPAK SUCI cuma kelompok rakyat umum. Walau demikian dalam soal ini lalu dinyatakan kalau TAPAK SUCI bukanlah punya serta gerakan Kampung Kauman, bahkan juga saat itu dinyatakan kalau TAPAK SUCI yaitu gerakan dunia.
Dalam sistem pendirian TAPAK SUCI ini dapat tak terlepas dari support serta restu yang datang dari beberapa pendekar, ulama serta aktifis Muhammadiyah, dengan harapan nantinya perguruan pencak yang terorganisir ini bisa jadi wadah pengkaderan serta wadah silaturahim beberapa pakar pencak di lingkungan Muhammadiyah. Meskipun ujan untuk ujian mesti dilalui
Jadi beragam piranti organisasi juga disediakan sedemikian rupa, diantaranya :
- Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil basic dari ajaran Perguruan Kauman, jadi diputuskan nama TAPAK SUCI.
- Tata teratur upacara disusun oleh Moh. Barie Irsyad.
- Doa serta Ikrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma.
- Simbol Perguruan di ciptakan oleh M. Fahmie Ishom.
- Simbol Anggota di ciptakan oleh Suharto Sujak.
- Simbol Tim Inti Kosegu di buat oleh Ajib Hamzah.
- Bentuk serta warna baju ditetapkan oleh M. Zundar Wiesman serta Anis Susanto.
Semua ini karena kebesaran jiwa beberapa Pendekar pendahulu (sesepuh) yang dapat melihat jauh ke depan. Tapak Suci yaitu amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Kauman-Banjaran) pada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, serta diperkembang dengan sebaik-baiknya. Pada saat lahirnya Tapak Suci, sudah digariskan kalau :
- Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan
- Keilmuan Tapak Suci berbentuk Methodis serta Dinamis
- Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik serta menyesatkan
PASCA KELAHIRAN
Tahun-tahun 1960-an kita kenali kalau gerakan komunis di Indonesia sudah makin menjadi-jadi di semua pelosok negeri. Mereka mengintimidasi golongan Muslim serta menggerogoti kesatuan Bangsa. Hal semacam ini berlangsung juga di Kauman. Tidak sedikit anak-anak Kauman yang diganggu, meskipun Kauman telah jadi perkampungan Muslim. Jadi hadirnya Tapak Suci berikan rasa aman untuk golongan Muslim di situ. Masa-masa awal ini yaitu bebrapa saat perlawanan pada gerakan Komunis yang trampil dalam mengintimidasi, menfitnah, serta mengakibatkan kerusakan.
Waktu itu konsentrasi beladiri Tapak Suci di tujukan untuk hadapi gerakan komunis. Gerakan anti komunis inipun pada akhirnya diikuti oleh bebrapa grup pemuda yang membuat beberapa sel (grup) sendiri di kampung-kampung lain dalam rencana menggerogoti kemampuan komunis, seperti Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk juga M. Djuraimi nantinya membuat perguruan Eka Sejati di Kampung Karangkajen, yang seakan sebagai sel dari gerakan di Kauman.
Tetapi sangkanya sepak terjang pemuda-pemuda Tapak Suci nantinya nyatanya diinginkan di beberapa daerah yang lain, terlebih bila daerah itu adalah kampung umat Muhammadiyah. Banyak wilayah ajukan keinginan untuk di buka latihan Tapak Suci. Diluar itu Tapak Suci juga menyebar lantaran dibawa oleh aktifis perguruan yang berkelana atau merantau keluar daerah. Jadi perihal ini pula yang nantinya mendorong lahirnya Tapak Suci di beberapa daerah.
Bersamaan dengan tersebarnya Tapak Suci ke daerah, jadi masuklah sebagian pakar pencak yang ada di lingkungan Muhammadiyah kedalam Tapak Suci. Hal semacam ini pasti makin meramaikan gegap gempita Tapak Suci dari segi organisasi serta keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalannya cuma di Yogyakarta pada akhirnya berkembang keluar Yogyakarta serta masuk ke beberapa daerah yang lain.
Sesudah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, Tapak Suci kembali pada sarang serta berkonsetrasi kembali ke organisasi. Di th. 1966 diadakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang di hadiri oleh beberapa utusan Perguruan Tapak Suci yang menyebar di beberapa daerah di Indonesia. Ketika tersebut sukses dirumuskan pemantapan organisasi dengan cara nasional, serta Perguruan Tapak Suci diperkembang lagi namanya jadi Gerakan serta Instansi Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Lalu pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di th. 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah diputuskan jadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan Muhammadiyah.
PRESTASI OLAHRAGA DAN SENI
Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci th. 1967 di Jember, kompetisi Pencak Silat Tapak Suci dikerjakan dengan pertarungan bebas. Hal semacam ini bercermin dari kebiasaan perguruan mulai sejak dahulu dalam lakukan sabung (pertarungan) yakni dengan memakai full-body kontak, yang mana tiap-tiap anggota badan yaitu tujuan sah untuk terserang, terkecuali mata serta kemaluan. Tetapi nyatanya system pertarungan seperti itu tidak bisa diaplikasikan dalam kompetisi berolahraga lantaran bisa menyebabkan cidera, cacat permanen, bahkan juga kematian. Jadi bersamaan dengan itu juga jadi pasca Kejurnas I di Jember th. 1967 itu system kompetisi berolahraga Tapak Suci selalu alami penyempurnaan untuk penyempurnaan, meskipun sampai sebagian dasawarsa ke depan lalu, system kompetisi berolahraga Tapak Suci tetaplah tak memakai pelindung badan (body-protector), dengan pengertian kalau “pelindung badan” pesilat Tapak Suci yaitu keilmuan serta ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu juga telah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan yaitu Kerapihan Tehnik Permainan.
Saat Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan berolahraga serta seni, keilmuan Tapak Suci dipertunjukkan lewat 4 segi ; mental-spiritual, berolahraga, seni, serta beladiri. Mengenai pengetahuan pengebalan badan maupun anggota badan berbentuk alat penyasar, mulai ditinggalkan. Hal semacam ini mengingat ada saran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah supaya pengetahuan itu disimpan, bila toh itu pengetahuan yan haq, walau demikian di kuatirkan bisa jadi satu kesombongan.
Perguruan Historis IPSI
Pada bebrapa saat perubahan Perguruan Tapak Suci yang sudah merambah ke persada nusantara, jadi dilihat butuh untuk Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada saat itu sedikitnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yakni : PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, serta BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang semasing mencari kemampuan pendukung.
Lewat Rapat Kerja Nasional yang dikerjakan pada tanggal 19 s. d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping mengambil keputusan serta mengesahkan Biaya Tempat tinggal Tangga, Tapak Suci berketetapan hati pilih Ikatan Pencak Silat Semua Indonesia (saat ini Ikatan Pencak Silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Karenanya Tapak Suci didaftarkan pada PB. IPSI serta segera di terima jadi anggota nasional. Nantinya lalu Tapak Suci didudukkan sebagai satu diantara 10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suci yang mendukung tegak berdirinya PB. IPSI yang saat itu keadaannya tengah gawat.
Debut Tapak Suci
Jadi nantinya sangkanya Tapak Suci menggerakkan pekerjaan serta peran yg tidak gampang. Di satu segi Tapak Suci yaitu organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di segi lain Tapak Suci yaitu organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi yang lain, Tapak Suci yaitu satu pengetahuan beladiri, tetapi juga adalah gerakan berolahraga serta seni. Hal semacam ini menuntut organisasi serta keilmuan bisa bersamaan searah. Nantinya tersebut kenapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, mesti sama panjang di ke-2 segi serta pas jatuhnya di dalam, tak lebih panjang di satu segi saja.
SEJARAH SINGKAT TAPAK SUCI
Cikal akan berawal dari perjuangan seseorang pemuda yang gigih melawan penjajah Belanda, Pemuda yang sesudah usai memahami pengetahuan kanuragan (pencak silat) aliran Banjaran serta pengetahuan agam ini lalu membangun pondok pesantren Binorong serta lalu bernama KH. Bushro Syuhada. Lantaran semangat serta kegigihannya dalam melawan penjajah, tidak heran apabila pondok pesantren Binorong ini banyak melahirkan putra-putra paling baik bangsa. Salah nya ialah Jenderal Besar “Panglima Soedirman” yang lalu mengabdi pada Angkatan Bersenjata Indonesia. Diantara murid KH Bushro Syuhada ada dua kakak beradik bernama Ahmad Dimyati serta M. Wahib yang berguru pencak silat pada KH. Bushro Syuhada. Ahmad Dimyati setelah itu mengembara menuju barat sampai pada akhirnya kuasai Cikalong-Cimande, serta Cibarosa (Banten), sedang M. Wahib menuju ke Timur hingga ke Madura (Bawean). Satu tahun lebih lalu ke-2 kakak beradik tsb kembali pada Kauman Yogyakarta, serta atas restu KH. Bushro Syuhada mereka membangun Perguruan Cikauman pada th. 1925. Murid pertama mereka yaitu M. Djuraimi.
Walau demikian M. Djuraimi ini tak pernah membangun perguruan. Menurut kebiasaan yang ada, jika seseorang murid telah tamat belajar, jadi diperbolehkan juga terima murid (membangun perguruan). Murid Cikauman yang lalu membangun perguruan yaitu M. Syamsudin. Perguruan yang didirikannya yaitu Perguruan Seranoman serta melahirkan murid M. Zahid. M. Zahid tak pernah membangun perguruan serta lantaran aspek umur, beliau meninggal dunia. Tetapi beliau pernah melahirkan murid paling utama yakni M. Barie Irsjad. M. Barie Irsjad yang setelah itu melanjutkan pelajaran silatnya pada M. Syamsudin, Ahmad Dimyati, serta M. Wahib ini lalu membangun Perguruan Kosegu. Pendekar Basofi Sudirman berbarengan deretan pendekar Tapak Suci. Pada tanggal 31 Juli 1963 disetujui berdirinya Perguruan Tapak Suci sebagai peleburan Perguruan Cikauman, seranoman serta Kosegu. Murid-murid dari 3 Perguruan itu yang masihlah ada (a. l : KH. Djarmawi, Irfan Hadjam, Moh. Jakfal Kusuma serta Moh. Sabri Ahmad) lalu menyatu kedalam Perguruan Tapak Suci. Pada perubahannya Tapak Suci menebar ke beberapa daerah serta memperkaya keilmuannya. Terutama sesudah pendekar-pendekar aliran lain berhimpun serta memperkaya Khasanah keilmuwan Tapak Suci (membuat aliran Tapak Suci). Prasyarat agar bisa ikuti pencak silat ini yaitu beragama islam (tak musyrik) serta telaten melakukan tempaan untuk menghasilkan pengetahuan pencak silat islami.
JENJANG TINGKATAN TAPAK SUCI
Untuk menanggung penguasaan keilmuan untuk beberapa anggotanya, Perguruan TAPAK SUCI berpedoman system Tahap/Tingkat Sabuk. Tiap-tiap kenaikan Tingkat Sabuk dikerjakan lewat Ujian Kenaikan Tingkat, hingga sabuk ketingkatan didalam Perguruan TAPAK SUCI tidaklah adalah pemberian atau hadiah. Tiap-tiap orang didalam Perguruan TAPAK SUCI dituntut bisa mempertanggung jawabkan Tingkat Sabuk yang disandangnya itu–termasuk dari tempat mana serta lewat cara apa memperolehnya, serta dituntut mampu sebagai teladan yang paling utama.
Perguruan TAPAK SUCI tidaklah satu perguruan yang person-centris (berpusat pada pengkultusan seorang atau sabuk), jadi tiap-tiap orang dengan tingkat sabuk lebih tinggi tidak bisa terasa seakan-akan kalau perguruan TAPAK SUCI yaitu kepunyaannya sendiri. Hal semacam ini termasuk juga berlaku pada tiap-tiap tingkat Pimpinan. Bahkan juga demikian sebaliknya, tiap-tiap orang didalam Perguruan TAPAK SUCI mempunyai keharusan yang sama dalam penegakkan hukum serta ketentuan organisasi. Sebagai gerakan, Perguruan TAPAK SUCI mempunyai jalur serta tingkat pimpinan yang pasti yang semasing sudah ditata wewenang serta lokasi tugasnya. Hal semacam ini menunjukkan kalau seorang dengan tingkat sabuk yang lebih tinggi tetaplah patuh pada ketentuan, lantaran Hukum serta Ketentuan yaitu kedaulatan paling tinggi.
Tahap ketingkatan didalam Perguruan TAPAK SUCI terbagi dalam 15 (lima belas) tingkat, yang terdiri dari 3 gugus tahap besar yakni :
- SISWA
- KADER, serta
- PENDEKAR.
0 comments:
Post a Comment